26 February 2004

Lagi ta'aruf, Kenapa Bingung?

Kok bingung ... ? Itulah satu kata yang terlontar dari mulut seorang ikhwan yang lagi berta'aruf dengan Salsa (tidak nama sebenarnya). Salsa seorang akhwat yang selama ini selalu menjaga pergaulan dan menutup diri untuk namanya pacaran, akhirnya terjebak juga dengan perasaan gundah, bingung, dan resah seperti yang dialami oleh kebanyakan orang-orang yang mau menikah.

Keadaan ini dialami oleh Salsa setelah ada komitmen dengan si Akhi untuk melanjutkan pernikahan secepatnya, namun satu kata kunci dari seorang ibu yang melahirkan dan membesarkan si Akhi belum ada kata-kata setuju atau pun tidak. Saat Salsa meminta keputusan tegas dari si akhi, dia pun tidak bisa memberikan keputusan tegas karena hasil dari sholat istikharahnya "positif", hanya tinggal menunggu keputusan Ibunya. Inilah yang membuat Salsa menjadi gundah karena serba tidak jelas, hatinya pun menjadi maju mundur.

Ungkapan rasa bingung ini pun keluar dari mulut Salsa saat ditelepon dengan si Akhi, persis ketika itu, orang tua Salsa sudah mulai mendesak untuk mendapatkan suatu kejelasan, ditambah lagi satu ikhwan lain bermaksud hendak berta'aruf juga dengannya. Kondisi ini semakin membuatnya resah, saat mengingat umurnya yang sudah cukup matang untuk menikah. Akhirnya keluhannya diterima oleh si Akhi sambil memberikan nasehat, "Hidup kita ini sudah diatur oleh Allah, bukankah selama ini kita sudah banyak menimba ilmu tentang keyakinan kepada Allah, bahwa taqdir Allah sudah ditetapkan bagi semua makhluknya?" Tinggal bagi kita sekarang untuk mengamalkan dan mempraktekkan ilmu yang telah kita timba di pengajian.

Allah sentiasa menguji hamba-Nya dengan keresahan, kesusahan dan kekurangan. Maka orang yang selalu mengikuti petunjuk Allah, maka ia tidak akan pernah merasa khawatir dan tidak pula bersedih hati. Kenapa harus bingung?

Gedebuk!! Begitulah kira-kira irama jantung Salsa saat diingatkan dengan firman Allah di atas. Si Akhi pun melanjutkan nasehatnya, "Sekarang tinggal bagi kita memperkuat hubungan dengan Allah, mengisi waktu malam dengan sholat tahajud, memperbanyak tilawah Qur'an, banyak bersedekah, banyak berzikir, dan sabar serta ridho menerima kondisi ini. Sambil kita terus berusaha dan terus berdo'a agar Alloh membuka pintu hati Ibu, karena hati Ibu itu, juga berada dalam gemgaman Allah. Kalau Allah berkehendak kita berjodoh, pasti akan terlaksana juga apaun rintangannya."

Dalam hati Salsa terus beristigfar atas kegundahan dan rasa was-was yang dihembuskan oleh syaitan ke dalam hatinya. Setelah itu Salsa pun mulai agak merasa tenang, walau sekali-kali muncul juga perasaan khawatir itu, akhirnya ia menyibukkan diri mencari berbagai literatur, untuk mendapatkan mengatasi keresahan hatinya. Dia pun menemukan buku yang ditulis Harun Yahya dengan judul "Melihat kebaikan dalam Segala Hal" (Seeing Good in All). Dalam buku tersebut, kembali salsa menemukan kutipan dari firman Allah:
"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal." (Ali Imran:160)

Usai membaca buku itu, Salsa pun merenung, ternyata rasa tawakal, sabar dan berhusnuzhon pada Allah, inilah yang harus selalu dipupuk di setiap helaan nafas, dan dalam setiap langkah kita. Setiap ujian dan rintangan yang menimpa kita, pasti ada kebaikan dan pelajaran yang bisa dipetik, sekalipun kondisi itu tidak kita sukai. Ini baru satu perjuangan untuk mewujudkan pernikahan, belum lagi perjuangan-perjuangan lain yang jauh lebih berat lagi.

Wahai saudara-saudariku… perjuangan untuk menikah itu, bukanlah suatu perjuangan yang mudah, oleh karena itu, bagi saudara-saudariku yang telah menikah jagalah keharmonisan keluarga anda, jangan biarkan biduk keluarga anda oleng dan karam di tengah lautan, karena hidup di dunia ini hanya sesaat, kelak di akherat sana kita dimintai pertanggungjawaban atas kewajiban dan tanggung jawab yang kita emban.

Bagi para suami berlombalah melatih diri untuk menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, seperti akhlaknya Rasulullah, menjadi ayah yang memberikan keteladanan pada anak-anaknya. Tidak otoriter sebagai soerang pemimpin. Ajaklah isteri anda untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga.

Bagi para isteri bersemangatlah untuk memicu diri agar bisa menjadi bidadari dunia dan akherat bagi suamimu, indah dipandang mata, sejuk di kalbu dan bermesra dirasa, yang pasti selalu dekat dengan Allah. Menjadi isteri dan ibu yang memberi rasa damai pada anggota keluarga Didiklah para anak-anak anda, menjadi anak-anak yang kelak akan mengguncang dunia ini dengan menegakkan panji-panji Islam. Jangan biarkan anak anda sibuk dengan dunia khayal, sebagai dampak dari film-film yang ditontonnya.

Bagi yang belum menikah bersabar dan berusahalah untuk meraih kasih sayang Allah, karena orang yang mendapat kasih sayang Allahlah yang akan beroleh kebaikan dunia dan akhirat. Semoga kita semua beroleh Surga yang dijanjikan Allah, dan diizinkan untuk hadir dalam pertemuan yang sangat agung, yakni pertemuan di saat melihat wajah Allah, sebagai imbalan bagi hambanya yang sabar dalam meniti hidup ini. Amin ya Rabbal’alamin

© by Dewi
Edit 2004 by MaNongAn

-= he 509 x =-

19 February 2004

-= Jika Aku Jatuh Cinta =-

Cinta. Sebuah kata singkat yang memiliki makna luas. Walaupun belum teridentifikasi secara pasti, namun eksistensi cinta diakui oleh semua orang. Al-Ghazali mengatakan cinta itu ibarat sebatang kayu yang baik. Akarnya tetap di bumi, cabangya di langit dan buahnya lahir batin, lidah dan anggota-anggota badan. Ditujukan oleh pengaruh-pengaruh yang muncul dari cinta itu dalam hati dan anggota badan, seperti ditujukkanya asap dalam api dan ditunjukkanya buah dan pohon.

Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertempuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin. Tapi cinta itu tentu porsinya tidak melebihi cinta kita pada Allah, karena Allah mengatakan, "Katakanlah! Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta-benda yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatiri akan merugi dan rumah tangga yang kamu senangi (manakala itu semua) lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik."

Prestasi kepahlawanan para pejuang tidak terlepas dari pengaruh cintanya seorang pemuda kepada pemudi. Umar bin Abdul Aziz berhasil memenangkan pertarungan cinta sucinya kepada Allah dari pada cinta tidak bertuannya kepada seorang gadis. Tidak ada yang salah pada cinta. Berusahalah menempatkannya pada tempat, waktu dan sisi yang tepat.

  • Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
  • Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu
  • Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
  • Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.
  • Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.
  • Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.
  • Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.
  • Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.
  • Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
  • Ya Allah Engaku mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
  • Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
© by Yesi Elsandra (special untuk yang saling mencintai karena-Nya)
Edit by MaNongAn

-= he 509 x =-

15 February 2004

-= Ketika Senyummu Hadir =-

Barusan abis nonton pilem indonesia di tipi, judulnya Ketika Senyummu Hadir. Jadi inget sama lagunya, tapi saya lupa siapa yg nyanyiin.
Ketika, senyummu hadir ....
Ketika Hati bicara ....
Duh lupa lagi terusannya gimana *garuk-garuk*

Yang jadi pokok masalah bukan pilemnya, atau lagunya .... Tapi, jadi inget masa-masa setting filem (waktu masih SMP dan tinggal di JKT).
Jadi inget sama .... temen-temen lama, tempat-tempat mengasikkan yg sering dikunjungi, sekolahan, guru-guru, dan tentunya ..... all my ex-GF yg gak tau lagi kabar beritanya.

Cukup lama juga udah gak pergi ke JKT, terakhir kesana akhir bulan Mei 2001 (saat ULTAH GF Mesi'a) s/d sekitar bulan Juli 2001 (saat pernikahan Sugha-ex KLC83).
Karena saat terakhir saya ke JKT ada GF, so ... gak sempet tuk nemuin temen-temen lama di Klender-JakTim. Soalnya saat itu saya nginep di Priok-JakUt (rumah Pak De / daerah kelahiran saya).
Di Priok pun .... saya juga gak ketemu sama temen-temen lama, hanya sempat menghadiri pernikahan seseorang yg pernah saya suka di waktu remaja.
Sedangkan teman-teman sepermainan .... entah dimana mereka sekarang berada.
Memang banyak temen-temen main saya disini yg sudah Meninggal Dunia, sedangkan sisanya .... andaikan ketemupun kita sudah tidak saling mengenal lagi.

Sedangkan temen-temen di rumah Klender, meskipun masih banyak ... tetapi rata-rata mereka semua sudah di sibukkan oleh pekerjaan atau urusan keluarganya masing-masing.
Jadi ketawa-ketiwi sendiri kalo nginget masa-masa lalu *tersipuw*
Di Klender inilah tempat dimana saya tumbuh menjadi seorang Remaja. Yang tidak beda sama remaja-remaja lainnya, yg tentunya banyak merepotkan ORTU bahkan kadang bikin geger seisi kampung (kadang karena kenakalan kita, juga karena kreatifitas kita).

Tetapi sayang sungguh sangat amat disayangkan ..... seperti lagunya Bang Iwan Fals :
KOTA ..... yg kutinggali .... sudah tak ramah lagi
Orang .... Orang yg lewat, beri senyumpun enggan
Disini aku lahir .... disini aku besar .... disini aku merasa ... BODOH

Kalo ngeliat perkembangan para Remaja didua daerah ini ..... ngeri sendiri saya ngebayanginnya.
Sangat beda jauh dengan kondisi saat saya masih tinggal dan tumbuh menjadi seorang Remaja.
Di TJ.PRIOK-JakUT .... siapasih yg gak kenal daerah paling rawan di kota JKT, tapi banyak tempat-tempat mengasikkan yg bisa dikunjungi.
Di KLENDER-JakTim .... sebuah perkampungan Betawi yg dulu sangat elok, karena masih banyak tanah kosong serta persawahan.
Sekarang lihat saja di kedua daerah tersebut ..... padat dengan rumah-rumah penduduk, dan kalo melihat para remajanya ..... sungguh .... NARKOBA sudah merusak mereka.

Dalam hati sempat bersyukur kepada ALLAH S.W.T ..... karena menjelang dewasa saya pindah ke kota SOLO (Surakarta-Jawa Tengah) sehingga tidak terjerumus terlalu jauh kedalam lingkaran Syetan Yang Terkutuk.
Meskipun dulu disini kondisinya tidak jauh beda atau sama dengan kondisi tempat tinggal saya di JKT, tetapi kini .... kondisinya sudah sangat baik dari pada dahulu.
Meski NARKOBA masih beredar ... tetapi tidak sampai merusak seluruh Remaja. Dan hanya beberapa teman lama saja yg masih mengkonsumsi barang tersebut, itupun tidak sesering dahulu porsi pemakaiannya.
.......
brb ..... cari makan dulu ....

lanjut ....

Kapan yah bisa ketemu temen-temen lama lagi ??
sudah sukseskah mereka ??
Sudah punya anak berapa ??

Ya Allah, semoga Engkau melindungi mereka, memberikan rakhmat & Hidayah, melimpahkan rezeki, melapangkan kesuksesan, serta mengkaruniai mereka jodoh serta keturunan yg baik.
Amin Ya robhal Al'amien
.... Serta Ya Allah .....
Untuk rekan-rekan yg sudah mendahului saya untuk menghadap pada-MU ....
Ampunilah segala dosa-dosa selama mereka hidup didunia.
Terimalah segala amal & ibadah mereka.
Karena sesungguhnya, Engkau Maha Pengasih, Pengampun, lagi Maha Penyayang.
Amin Ya Robhal Al'amin

Banyak sebenarnya hal yg ingin saya ungkapkan disini, tetapi .... saya bukanlah seorang pujangga yg dapat merangkaikan kata-kata.
Lagi pula ....
Biarkanlah Masa Lalu menjadi Kenangan yg manis dan indah, tempat guru dalam mengambil sikap dan melangkah menuju masa depan yg lebih baik.
Saya bersyukur sudah diberi kesempatan utk HIDUP serta mengenal orang-orang disekeliling dan melihat banyak hal-hal yg menarik.
Berusahalah agar hari ini menjadi lebih baik dari yg kemarin.
Dan hari esok lebih baik dari hari ini ....
Guna tercapainya sebuah keinginan/cita-cita .... maka ber do'a dan berusahalah.
Karena sesungguhnya .... Allah tidak akan merubah sebuah kaum, jika mereka tidak mau berusaha dan berdo'a .....

Meski VALENTINE mulanya merupakan Upacara Agama lain .... tetapi seiring perkembangan jaman, maknanya sekarang sudah berbeda.
Apasalahnya kita saling mengungkapkan Kasih Sayang kepada sesama manusia, asalkan dalam penyampaian / pengungkapannya tidak melanggar norma-norma agama dan budaya ..... Allah Maha Tahu dan Maha Mengerti apa-apa yg tidak kita ketahui.
ISLAM merupakan agama yg Universal. Meski banyak perbeda'an Faham serta Mazab, tetapi apasalahnya sesama manusia saling mengasihi & menyayangi.
Karena suatu hal yg paling utama dari pada berdo'a serta ber-jihad adalah ... mempererat tali silahturahmi.

Mohon ma'af sebelumnya kalau ada salah-salah kata, seperti yg sudah saya ungkapkan diatas ... bahwa saya bukanlah seorang pujangga yg dapat merangkai kata-kata, selainnya adalah karena saya bukan seorang ahli agama .. sehingga tidak dapat memberikan dalil-dalil yg mendukung.

-= he 509 x =-

13 February 2004

-= Pilih: Ta'aruf atau Pacaran =-

Dikalangan tertentu pacaran tidak dikenal, pun mereka tahu tetapi cenderung menghindari karena menganggap gaya itu tidak lagi mutlak dilakukan pada masa pranikah. Selain dinilai tidak sesuai dengan norma agama ini terbukti dari pengalaman sepanjang sejarah keberadaan manusia bahwa pacaran cenderung kelewat batas bahkan tidak sedikit yang amoral juga berkembangnya pemikiran bahwa satu kesia-siaan saja berjalan bersama orang yang belum tentu 100 % menjadi pasangannya. Ya, bagaimana mungkin bisa meyakinkan bahwa orang yang saat ini berjalan bersamanya memiliki komitmen untuk tetap setia sampai ke jenjang pernikahan, la wong sudah sekian tahun berpacaran ternyata wacananya hanya sebatas curhat-curhatan dan take n give yang tak berdasar, tidak meningkat pada satu tindakan gentle, menikah! Atau setidaknya mengajukan surat lamaran ke orangtua si gadis. Berbagai dalih dan argumentasi pun meluncur untuk mengkamuflasekan ketidakgentle-annya itu, yang kemudian semua orang pun tahu itu cuma lips service dari orang yang tidak benar-benar dewasa alias childish.

Kedewasaan, ukurannya tidak terwakili hanya oleh umurnya yang diatas seperempat abad misalnya, tetapi juga pada sikap diri, attitude yang tertampilkan dalam kesehariannya. Dalam dunia pekerjaan, sikap dewasa dapat dilihat dari profesionalisme kerja, termasuk didalamnya kedisplinan. Dalam hubungan interelasi, bijaksana, proporsional dalam bersikap dan berbicara bisa jadi satu parameter kedewasaan. Nah yang menjadi masalahnya kemudian, tidak sedikit orang yang seharusnya bersikap dewasa justru memamerkan sifat kekanakkan saat berkesempatan bersama pasangannya, sikap yang dipraktekkan secara tidak proporsional dari ungkapan kasih sayang dan pengorbanan.

Orang terlihat dewasa mungkin hanya dari fisiknya saja, namun sisi lainnya seringkali luput dari perhatian. Padahal kedewasaan jelas meliputi beberapa aspek yang sekiranya patut diperhatikan dalam memilih pasangan yang kelak dinominasikan untuk menjadi pasangan hidup. Dewasa secara fisik, dimana organ-organ reproduksi telah berfungsi secara optimal yang ditandai dengan produksi sperma yang baik pada pria dan produksi sel telur yang memadai pada wanita. Selain perkembangan sel-sel otot tubuh menandakan sekaligus membedakan pria dan wanita. Dewasa secara psikologis, yang ditandai dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan, serta mampu menjalani hubungan interdependensi. Ini penting untuk diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam pernikahan. Dewasa secara sosial-ekonomi ditampakkan dalam kemampuan seseorang untuk membiayai kebutuhan hidup yang layak sebagai suami-istri. Tentu hal ini terkait dengan adanya pekerjaan yang jelas serta penghasilan yang tetap, serta kesadaran akan meningkatnya biaya kehidupan dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya anggota keluarga kelak.

Berdasarkan aspek kedewasaan diatas, maka wajarlah jika disatu sisi justru ada orang yang enggan berpacaran. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa pacaran selain tidak diajarkan dalam agama Islam karena melanggar norma yang digariskan, juga dianggap buang-buang waktu, wujud ketidak gentle-an, aktifitas sia-sia dan lain-lain. Namun sekedar diketahui, bahwa diluar itu ada sebagian yang memang benar-benar takut untuk mencintai, dicintai dan bahkan takut jatuh cinta. Dalam psikologi, orang-orang ini mungkin dianggap terkena sindrom fear of intimacy, satu kondisi yang disebabkan oleh ketakutan yang teramat sangat untuk menerima resiko kenyataan di kemudian hari. Seperti ditulis astaga.com, menurut psikolog Robert W Firestone dan Joyce Catlett, fear of intimacy ini adalah salah satu perwujudan dari pertahanan psikologis, yang lebih merupakan cermin dari pikiran dan sikap negatif atas hal-hal yang dilihat dan dipelajarinya waktu kecil.

Maka kemudian, Islam mengenal pacaran dalam kemasan yang berbeda. Ustadz Ihsan Arlansyah Tanjung, konsultan keluarga sakinah di situs eramuslim sering mengatakan bahwa pacaran akronim dari pakai cara nikah. Ya, Islam hanya mengajarkan bentuk-bentuk curahan kasih sayang dan cinta itu setelah melalui satu proses sakral yakni pernikahan. Sementara proses pranikah yang dilakukan untuk saling mengenal antara calon pria dan wanita biasa disebut proses ta'aruf (perkenalan). Yang penting dari ta’aruf adalah saling mengenal antara kedua belah pihak, saling memberitahu keadaan keluarga masing-masing, saling memberi tahu harapan dan prinsip hidup, saling mengungkapkan apa yang disukai dan tidak disukai, dan seterusnya. Kaidah-kaidah yang perlu dijaga dalam proses ini antar lain nondefensif, tidak bereaksi berlebihan pada feedback negatif, serta terbuka untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru, jujur, tidak curang, berbohong dan punya sense of integrity yang kuat, Menghormati batas-batas, prioritas dan tujuan calon pasangan yang menyangkut diri mereka maupun tidak, Pengertian, empati, dan tidak mengubah pasangannya sedemikian rupa serta tidak mengontrol, manipulatif, apalagi mengancam pasangan dalam bentuk apa pun.

Dalam tahap ini anda dan dia bisa saling mengukur diri apakah cocok satu sama lain atau tidak. Masing-masing pihak masih harus sama-sama membuka options/kemungkinan batal atau jadi. Maka umumnya dilakukan tanpa terlebih dahulu melibatkan orangtua agar tidak menimbulkan kesan harga jadi dan tidak ada lagi proses tawar menawar, sehingga jika pun gagal/batal tidak ada konsekuensi apa-apa. Karena jika sudah sampai menemui orangtua berarti secara samar maupun terang-terangan seorang pria sudah menunjukkan niat untuk memperistri si wanita. Yang perlu jadi ingatan, seringkali pasangan-pasangan itu terjebak dalam aktifitas pacaran yang terbungkus sampul ta'aruf. Apa namanya bukan pacaran kalau ada rutinitas kunjungan yang melegitimasi silaturahmi dengan embel-embel ingin lebih kenal.

Jika sudah mantap atas pilihan masing-masing barulah kemudian melibatkan orang tua dalam proses selanjutnya, lamaran (khitbah). Untuk khitbah tak ada aturan yang kaku, yang penting dalam masa penjajagan keduanya berkenalan dan saling mengungkap apa yang disukai dan tidak disukai, saling mengungkap apa visi misi dalam pernikahan dan seterusnya. Tentunya khitbah harus tetap mengikuti aturan pergaulan Islami, tak berkhalwat, tak mengumbar pandangan, tak menimbulkan zina mata, hati (apalagi badan), tak membicarakan hal-hal yang termasuk kejahatan dan sebagainya.

Yang perlu disadari, khitbah mirip jual beli, dalam masa tawar menawar bisa jadi, bisa juga batal. Pembatalannya harus tetap sopan menurut aturan Islami, tidak menyakiti hati dengan kata-kata yang kasar, tidak membicarakan aib yang sempat diketahui dalam khitbah kepada orang lain. Namun sebagaimana jual beli harus ada prinsip kedua belah pihak ridho. Khitbah baru bisa berlanjut ke pernikahan jika kedua pihak ridho, jika salah satu membatalkan proses tawar menawar maka pernikahan tak akan jadi. Kalaupun dibatalkan (meski mungkin menyakitkan), harus ada alasan yang kuat untuk salah satu pihak membatalkan rencana nikah yang sudah matang. Sebab Islam melarang ummatnya saling menyakiti tanpa alasan. Jadi jika ada yang ragu (dengan alasan yang benar) sebelum menikah, sebaiknya membatalkan sebelum terlanjur.

Adapun jarak antara khitbah dan akad nikah, tidak ada aturan yang menjelaskan harus berapa lama, tentu dalam hal ini masing-masing pihak bisa mengukurnya sendiri. Satu hari bisa jadi sudah deadline bagi pria-wanita yang sudah sedemikian menggebunya hingga khawatir terjerumus kepada dosa zina. Namun jika bisa merasa aman dengan menunda beberapa waktu tidak masalah.

Jadi, jika segalanya sudah terencana dengan matang dan baik, seperti kata seorang bijak, jika berani menyelam ke dasar laut, mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan

Wallahu a'lam bishshowaab

© by (Abinya Hufha)
Edit By MaNongAn

-= he 509 x =-

12 February 2004

-= Mengatur jenis kelamin =-

Teori kuno menyebutkan, jika menginginkan seorang berjenis laki-laki, sebaiknya miring ke kenan. Sebaliknya jika ingin anak perempuan berbaringlah miring ke kiri setelah berhubungan. Teori yang sudah tidak asing lagi ini memang tidak hanya diyakini masyarakat kelas menengah ke bawah, tetapi kelas atas pun tidak sedikit yang mencobanya.

Dengan kemajuan ilmu kedokteran, jenis kelamin dapat bisa ditentukan melalui manipulasi klinis invivo, inseminasi buatan dengan cara teknik pemisahan sperma atau diagnosisi preimplantasi, kata Dr Is Priadi SpOG, dalam seminar sehari yang berlangsung di Gedung Gaudette RKZ RS Panti Waluyo, Sabtu (21/6). Seminar tentang merencanakan keluarga harmonis dan berkualitas yang digelar Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Malang juga menampilkan Dr Mardhani Yosoprawoto SpA dan Dr Wisnu Wahyuni SpKJ. Menurut Priadi, jenis kelamin anak yang akan dikandung tergantung dari keasaman atau kebasahan lendir vagina. Sifat keasaman atau kebasaan pun dapat diatur dengan memakai obat pencuci vagina yang dibuat sendiri. Jika yang diinginkan anak laki-laki digunakan larutan alkalis yang dibuat dari sodium bicarbonat encer, misalnya dua sendok makan tepung soda/1 liter air. Sebaliknya jika menginginkan anak perempuan, gunakan larutan asam/cuka encer misalnya dua sendok makan cuka/1 liter air, menjelang berhubungan.

Menurutnya, pola makanan pun juga dapat menentukan jenis kelamin. Jika seorang wanita menginginkan anaknya lahir laki-laki sebaiknya makan makanan yang mengandung kalium dan natrium. Seperti buah-buahan, ikan terutama ikan laut, jelasnya.

Jika menginginkan anak perempuan makanlah makanan yang kaya kalsium dan magnesium, contohnya kacang-kacangan, susu atau cokelat yang bebas garam. Sebaiknya, 1,5 bulan sebelum saat konsepsi yang direncanakan sudah mulai mengonsumsi sebanyak-banyaknya, katanya sambil menambahkan tingkat keberhasilannya mencapai 84 persen.

Ia menjelaskan, pengaturan saat sperma dikeluarkan pun dapat digunakan untuk merencanakan jenis kelamin anak yang diinginkan. Apabila hubungan yang dilakukan tepat pada saat ovulasi atau pada saat lendir vagina bersifat lebih alkalis, kemungkinan besar anak yang dihasilkan laki-laki. Biasanya itu terjadi saat penis berada di tempat yang paling dalam, sperma baru dikeluarkan, urainya.

Namun bila hubungan dilakukan 2 - 3 hari menjelang ovulasi (saat lendir vagina bersifat asam) atau jika sperma dikeluarkan saat berada di mulut rahim, anak yang dilahirkan kebanyakan perempuan. Seperti diketahui, daya tahan sel telur lebih lama dibanding sperma.

Posisi vagina pun juga berpengaruh, kalau menginginkan bayinya berjenis laki-laki, vagina harus betul-betul vertikal posisi yang baik adalah seperti orang yang sedang sujud, suaminya berada di belakang. Sebaliknya, posisi wajar atau berhadapan muka, anaknya kebanyakan perempuan.

© by(sap)
Edit by MaNongAn

-= he 509 x =-

10 February 2004

-= sUsAhnYa pRiA mengatakan cIntA =-

Mengapa PRIA Sulit Berkata Aku CINTA Padamu?

Meskipun telah hidup bersama puluhan tahun, antara pria dan wanita masih muncul perasaan mereka tak dapat memahami satu sama lain. Sesuatu yang oleh wanita dianggap penting untuk dibicarakan, tidak penting bagi pria.

Masih nggak ngerti juga ya, tulis Enrico lewat pesan singkat teleponnya (SMS) ketika Cory, istrinya, bertanya lewat media yang sama, apakah ia sungguh-sungguh mencintainya. Bukan jawaban seperti yang diharapkan Cory. Ia ingin sekali suaminya berkata, Ya, aku sangat mencintaimu, atau Aku cinta padamu, atau, Kamulah satu-satunya wanita yang aku cintai, dan sejenisnya. Kalau tak bisa secara langsung diucapkan lewat bibirnya, melalui pesan SMS pun tak jadi soal. Tapi harapan Cory masih sia- sia.

Enrico dan Coly, sebutlah begitu nama pasangan ini, memang sering berkomunikasi lewat SMS, termasuk untuk urusan perasaan yang dalam. Hal itu sengaja ditempuh Cory, karena ia kehabisan akal untuk membuat suaminya dapat mengungkapkan isi hatinya.

Kalau diajak diskusi tentang sesuatu yang jadi minatnya, wah, dia semangat sekali. Tapi coba diajak bicara tentang perasaannya, dia langsung diam, kata Cory. Wanita ini sering memancingnya dengan menceritakan perasaannya, tapi ia hampir tak pernah mendapatkan respon. Enrico hanya mendengarkan saja, dan bahkan lebih sering segera mengalihkan topik pembicaraan.

Kenapa ya, pria kok sulit sekali mengungkapkan perasaan hatinya? tanya Cory.

Berbeda Cara
  • Bukan hanya sulit mengungkapkan perasaan hatinya yang paling dalam. Pria umumnya sulit diajak bicara mengenai hal-hal yang menurutnya tidak penting dan tak perlu dibicarakan. Seperti soal masih cinta apa tidak itu.

    Deborah Tannen, seorang doktor linguistik dari Universitas California-Berkeley-AS, yang menghabiskan 17 tahun waktunya untuk meneliti percakapan pria dan wanita, berkesimpulan bahwa antara kedua jenis kelamin ini memang memiliki gaya berbicara yang berbeda.

    Kaum pria cenderung menggunakan bahasa demi mempertahankan kemerdekaannya dan memelihara posisinya dalam kelompok. Bagi pria, orang yang memberi perintah ada di atas dan yang menerima perintah ada di bawah. Sedangkan wanita menggunakan bahasa untuk menciptakan hubungan dan keintiman. Tujuannya adalah terlibat dengan orang lain. Tentu saja perbedaan gaya berbicara ini dapat menimbulkan kesulitan dan konflik di antara keduanya.

    Antara pria dan wanita memang ada perbedaan pandangan mengenai apa itu komunikasi. Bagi pria berkomunikasi berarti, Bila ada topik penting untuk didiskusikan, misalnya ada mobil yang akan dibeli, ya mari kita bicarakan. Padahal bagi wanita berkomunikasi berarti meneguhkan keintiman dengan saling mengutarakan pikiran, pengalaman sehari-hari maupun masalah-masalah ringan.

Dianggap Beban
  • Lantas bagaimana pria mengekspresikan keintiman, bila tidak melalui komunikasi verbal?

    Menurut DR. Tannen, keintiman bagi pria berarti melakukan sesuatu yang sama secara bersama-sama. Mereka tidak merasakan adanya kebutuhan untuk berbicara secara akrab.

    Ia memberi contoh sepasang suami istri yang telab menikah selama 57 tahun. Ketika istrinya sakit, si suami sangat khawatir. Tapi dia tak berpikir untuk memperlihatkan keprihatinannya secara verbal (melalui kata-kata).

    Kata-kata yang keluar dari bibirnya malah, Kamu mau aku antar ke dokter ? Tak terpikir oleh si suami untuk misalnya berkata, Oh, gimana rasanya ? Aku jadi khawatir, nih. Mulai kapan sakitnya ? Tidak ada ungkapan yang bernada simpati sedikit pun. Ada kesan, pria menafsirkan rumah tangga yang menyenangkan sebagai, Jika aku pergi sepanjang hari untuk meningkatkan diriku, maka saat aku pulang ada seseorang yang menerimaku. Jadi tidak perlu ada pembicaraan. Itulah bedanya.

    Seorang wanita ketika pulang ke rumah justru merasa, Aku sudah harus selalu berhati-hati sepanjang hari. Jika aku berbicara banyak, orang menganggapku agresif. Kalau sampai berkata salah, aku menyakiti hati orang lain atau memulai pertengkaran. Sekarang aku bisa bebas berbicara di rumah. Ternyata keliru.

    Maka tak heran jika wanita sering mengeluh, setiap pulang kerja suaminya tidak pernah bertanya bagaimana keadaannya selain di kantor dan sebagainya. Bagi wanita, ditanya berarti ada perhatian. Tapi bila diprotes mengapa tidak pernah bertanya seperti itu, biasanya suami akan menjawab, Kalau memang ingin bercerita, ceritalah. Kenapa musti diminta ?

    Memang sulit bagi pria menerima keinginan wanita untuk berbicara. Ketika wanita menceritakan kesulitannya sehari-hari, pria menganggap bahwa apa yang diceritakan itu telah terpecahkan.

    Pendek kata, menurut Tannen, antara pria dan wanita memang beda pengertian tentang perhatian. Bagi pria tuntutan akan perhatian menjadi semacam beban, sebaliknya wanita bingung kenapa dirinya tidak diperhatikan.

Sejak Kecil
  • Menurut Tannen, perbedaan gaya berkomunikasi antara pria dan wanita ini dimulal sejak masa kanak-kanak.

    Anak laki-laki umumnya bermain dalam kelompok yang hirarkis, di mana bahasa mereka gunakan untuk membangun status dengan memberi perintah, menunjukkan apa yang mereka ketahui, melontarkan humor dan membuat diri mereka sebagai pusat perhatian.

    Berbeda dengan wanita. Kaum Hawa di masa kecil itu cenderung memilih satu teman dekat yang dapat diajak berbicara apa saja. Karena itu ketika dewasa pun mengharapkan ada satu orang, dalam hal ini pasangan hidupnya yang dapat diajak berbicara tentang apa saja.

    Kalau sudah tahu bahwa antara keduanya memang berbeda, apakah kita perlu memaklumi saja perbedaan cara berkomunikasi antara pria dan wanita itu? Tapi bukankah selalu ada cara untuk mendekatkan perbedaan itu dan berkompromi?

© by Widya Saraswati
Edit by MaNongAn
-= he 509 x =-